Cerita pengalaman Touring dengan CB Tiger 200cc





     Cerita ini dimulai awal tahun 2015 dikala diriku membeli sebuah motor tua CB bermesin Macan (Tiger)  200cc  tahun '94. Mungkin ada yang bilang CB merupakan motor murah, tapi bagiku tidak karena waktu itu aku membelinya secara kredit bayar 3 kali (pagi, siang dan sore ha ha ha ha). Pilihan warna hijau sebenarnya bukan tanpa sengaja, karna aku sudah memiliki helm ijo dan ketika melihat CB warna hijau langsung tertarik dan tanpa pikir panjang langsung membayarnya walaupun kata banyak orang harganya kemahalan tapi itulah harga sebuah rasa cinta tak ternilai harganya.
     Pilihan untuk memiliki motor CB mendapat pertentangan dan cibiran miring dari beberapa orang sekitar dan keluarga tapi aku abaikan. Bahkan orang tua sempat menawarkan untuk membelikan motor baru  tetapi aku tolak dengan alasan ingin membeli motor dengan uang tabunganku sendiri (walaupun juga ditambah uang orang tuaku juga sih) tapi setidaknya nggak terlelu nyusahin orang tua. dan pilihan motor itu adalah CB bukan yang lain.
     Tabungan uang saku selama 3 tahun akhirnya bisa untuk menebus motor CB hijau dan langsung ku buat sekolah. Cerita berlanjut kala CB hijau  menemani ku sekolah, merupakan kegiatan yang rutin dan berefek kecanduan naik CB ahahay. Kala itu target hanya sampingan yang utama adalah jalan jalan kemanapun aku mau sehingga aku merasa semangat sekolah.  Walaupun keadaan CBku  masih biasa, standart pabrik dan belum naik stroke tapi cukup lah kalau buat meladeni motor motok jaman sekarang. Urusan mesin aku tidak terlalu mempermasalahkan karna kecepatan bukan keharusan yang penting motor bisa mendukung kinerja dan nggak rewel itu sudah cukup bagiku.
     Touring jambore daerah Ambarawa  tahun lalu adalah turing yang tak terlupakan, sempat down karna ngelihat motor teman terlindas bis dan harus bareng dengan tim malam yang terkenal selalu gas pol-polan, tapi akhirnya bangga dan senang bisa kumpul dengan saudara senusantara dan merasakan nikmatnya memiliki motor CB, diajak gas-gasan oke, dipakai pelan juga nyaman. Saat  diroling area Wonosobo-Purworejo(Temanggung, wonosobo, Kutoarjo,Purworejo, Magelang) masa masa indah untuk perjalanan yang takterlupakan, hanya target yg ada dipikiran (walau tidak pernah tercapai he…he…) sehingga CB Idjoe jadi andalan. ternyata omongan dari teman terbukti "iso loro pikir"dalam bahasa jawanya. Hidup serasa ada yang kurang ketika tak melihat CB (bahasa gaule GALAU jarene haha).
           Di kala ada acara jamda X di Batu Malang (karo arek arek diplesetke JANDA X). Kala itu aku berangkat bersama empat orang teman dengan tiga kuda besi, kala itu aku berboncengan dengan aku alip.  Sumpah waktu itu nggak  tau jalan dan hanya modal kenekatan. ternyata petualangan turing sendirian begitu menantang. Mengikuti saran orang untuk mencoba lewat jalan wonoogiri-ponorogo. pertama yang aku rasakan keindahan pemandangan jalan berkelok dan menanjak terasa mengasyikkan hingga kehabisan bensin di tanjakan tetap terbesit senyum canda dan tawa. Begitu masuk Tulungagung aku ngikut rombongan CB Trenggalek (dengan pemikiran wong kene mesti ngerti dalan pintas dan cepet tekan hehe…). Saat itulah aku merasakan touring cb rapi dan tertib, walau kecepatan tetap menjadi andalan, (catatan: motor selain CB yang ngikut rombongan seperti GL, satria FU, vixion dan scorpio sampai kewalahan nututi CB didepan).
     Saat itu baru sadar dengan kecepatan CB ijoku gak ketinggalan walau buat goncengan. Emang sih sempat agak diremehkan karna slebor sering “nggasruk” ban (nggrok…nggrok…enggrok…) tapi akhirnya keakraban dan canda tawa bareng dulur cb Trenggalek terjalin. Sampai di lokasi pukul 18.30 dan stadion telah penuh sehingga parkir di luar. Walau hujan deras dan atap tempat parkir sempat roboh, tapi suasana tetap meriah (wah sakjose pokoke), rugikalau nggak datang bro…
     Pagi hari pulang lewat ponorogo, ehh  ketemu dulur dulur dari Semarang ( kisaran motor 8, kalok nggak salah orang semarang barat), sempat diacuhkan dan dianggap sebelah mata karena masih terlalu sederhana,
 "niatnya sih mungkin mau ninggal karna mereka langsung tancap gas".
Tak senyumin aja, ngakak soalnya mereka udah gas mentok aku baru setengah.
"Mungkin ciri khas anak semerang, touring ugal ugalan beda jauh sama CB   Trenggalek" ujar alip padaku
     Sejak itu aku berani tampil touring sendiri, ketika ingin main luar kota tinggal tancap gas. Suara knalpot bergemuruh ketika berpapasan rombongan lain menjadi hiburan tersendirilah pokoknya. Pengalaman mengajarkanku bahwa walaupun CB terkadang rewel dan kurang nyaman dikendarai, tapi kalau kita menganggap itu suatu tantangan yang menyenangkan keceriaan akan selelu terpancarkan. Bukanlah kecepatan yang menjadi ukuran tetapi solidaritas, kekompakan dan persaudaraan adalah ciri khas bikers Cb sejati.
 Salam seduluran saklawasee..
Kreasibantul Ayo join bersama kami dalam berkarya. Hubungi kami Facebook : Kreasi Bantul http://www.facebook.com/kreasibantul Instagram : @kreasibantul http://www.instagram.com/kreasibantul Blog : http://www.kreasibantul.blogspot.com

0 Response to "Cerita pengalaman Touring dengan CB Tiger 200cc"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel